Welcome to Blog's Nurdilamongan.co.cc

Blogroll

Selasa, 19 Juli 2016

MODEL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU


       MODEL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU

      Model Pengembangan Atau Peningkatan Profesionalisasi Guru 
Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan,baik itu secara perorangan,kelompok,atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga.Mulyasa (2003:43) menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara on the job training and in service training.Sementara Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti pada table berikut:
Model Pengembangan Guru
Keterangan
Individual Guided Staff Development (Pengembangan Guru Yang Dipandu Secara Individu)
Para guru dapat menilai kebutuhan mengajar mereka dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar berdasar penilaian personil dari kebutuhan mereka.

Observation/Assessment
(Observasi atau Penilaian)
Observasi dan penilaian dari instruksi menyediakan guru dengan data yang dapat direfleksikan dan dianalisis untuk tujuan peningkatan belajar siswa. Refleksi oleh guru pada praktiknya dapat ditingkatkan oleh observasi lainya.
Involvement in a
development/improvement process (Keterlibatan Dalam Suatu Proses Pengembangan/
Peningkatan)



Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka perlu untuk mengetahui atau perlu memecahkan suatu masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.
Training (Pelatihan)
Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku mereka dan belajar meniru perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan)
Pengembangan profesional adalah studi kerjasama oleh para guru sendiri untuk permasalahan dan isu yang timbul dari usaha untuk membuat praktik mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang pendidikan.


Dari kelima model pengembangan guru diatas,model “training”merupakan model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembagapendidikan swasta.Pada lembaga pendidikan,cara yang popular untuk pengembangkan kemampuan professional guru adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam rangka penyegaran (refreshimg) maupun peningkatan kemampuan (up-grading).Cara lain baik dilakukan sendiri-sendiri (informal) atau bersama-sama,seperti: on the job training,workshop,seminar,diskusi panel,rapat-rapat,simposium,konferensi,dan sebagainya.[1]
     Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru.Beberapa model pengembanagan guru sengaja dirancang untuk menghadapi pembaharuan pendidikan .Candall mengemukakan model-model efektif pengembangan kemampuan professional guru,yaitu :model mentoring,model ilmu terapan atau model ”dari teori ke praktik”,dan model inquiry atau model reflektif.Model mentoring adalah model dimana berpengalaman merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas  mentor pada guru yang kurang berpengalaman
 Model ilmu terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis.Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru,para guru harus aktif menjadi peneliti,seperti membaca,bertukar pendapat,melakukan observasi,melakukan analisis kritis,dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatkanya,sedangkan menurut soetjipto dan kosasi(2004:54),pengembangan sikap professional ini dapat dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
     1.      Pengembangan professional selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan,calon guru didik dalam berbagai pengetahuan,sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaanya nanti.karena tugasnya yang bersifat unik,guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja,tetapi harus sejak calon guru memulai pendidikannya di Lembaga pendidikan guru.Berbagai usaha dan latihan,contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu,keterampilan dan bahkan sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru.Sikap teliti dan disiplin,misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar,karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan.Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan,pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan,sebagaimana halnya mempelajari pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.      Pengembangan professional selama dalam jabatan
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan.Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap professional keguruan dalam masa pengabdianya sebagai guru. Seperti telah disebut,peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,lokakarya,seminar,atau kegiatan ilmiah lainnya,ataupun secara informal melalui media massa televise ,radio,Koran dan majalah maupun publikasi lainnya.Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,sekaligus dapat juga meningkatkan sikap professional keguruan.[2]

       Strategi Pengembangan Atau Peningkatan Profesional Guru
Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan  mutu,relevansi,dan efisiensi pendidikan,maka pengembanagn profesionalisasi guru merupakan kebutuhan.Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru,melainkan oleh mutu masukan (siswa),sarana,manajemen,dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Apa yang dimaksud dengan guru professional paling tidak harus mempunyai ciri-ciri berikut ini:
1.      Mempunyai komitmen pada proses belajar siswa ;
2.      Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkannya;
3.      Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;
4.      Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalismenya.[3]
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi,khususnya profesi keguruan,dapat dilakukan dengan berbagai cara,misalnya dengan melakukan penataran.,lokakarya,pendidikan lanjutan,pendidikan dalam jabatan,studi perbandingan,dan berbagai kegiatan akademik lainnya.Jadi,kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan diperguruan tinggi saja,melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.
Usaha peningkatan dan pengembangan mutu profesi dapat dilakukan secara perseorangan oleh para anggotanya,ataupun juga dapat dilakukan secara bersama.Lamanya program peningkatan mutu profesi seorang guru dapat dilakukan dengan cara formal maupun informal.Peningkatan secara formal merupakan peningkatan mutu melalui pendidikan dalam berbagai kursus,sekolah maupun kuliah di perguruan tinggi atau lembaga lain yang berhubungan dengan bidang profesinya.Disamping itu,secara informal guru dapat saja meningkatkan mutu profesinya dengan mendapatkan informasi dari berbagai media(surat kabar,majalah,radio,televise dan lain-lain)atau dari buku-buku yang sesuai dengan bidang profesi yang bersangkutan.[4]

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa altenatif program pengembangan profesionalisme Guru,sebagai berikut:
1.      Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru

Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah minimal S1 dari program keguruan,maka masih ada guru-guru yang belum memenuhi kebutuhan tersebut.Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan keguruan.Program ini berupa program kelanjutan studi dalam bentuk tugas belajar.
2.      Program penyetaraan dan sertifikasi

Program ini diperuntukan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan.Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelajaran tertentu.Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai,misalnya berijazah S1 tetapi bukan kependidikan.Mereka bisa mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
3.      Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi

Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup,diperlukan pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya.Program pelatihan yang diusulkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru,yaitu mengacu kepada tuntutan kompetensi.Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat parsial dan pengembangan materi sering kali tumpang tindih,menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya dan kurang efisien.Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis pelatihan sehingga mengganggu kegiatan PMB,sebaliknya tidak sedikit guru yang pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun.Oleh karenanya pelatihan yang diusulkan adalah Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi(PTBK) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik,sehingga isi/materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan gabungan/integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi (Depdiknas,2002:4)
Kompetensi yang diharapkan oleh guru mencakup:
a.       Memiliki pemahaman landasan dan wawasan pendidikan,terutama yang terkait dengan bidang tugasnya.
b.      Menguasai materi pelajaran,minimal sesuai dengan cakupan materi yang tercantum dalam profil kompetensi.
c.       Menguasai pengelolaan pembelajaran sesuai karakteristik materi pelajaran.
d.      Menguasai evaluasi hasil belajar dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
e.       Memiliki wawasan profesi serta kepribadian sebagai guru.

4.   Program Supervisi Pendidikan

Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya.Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat di mana tugas supervisor sering dimaknai sebagai tugas untuk mencari kesalahan atau untuk mengadili guru,padahal tujuannya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.Ciri utama supervisi adalah perubahan dalam ke arah yang lebih baik,positif proses belajar mengajar lebih efektiv dan efisien.Di lingkungan sekolah,supervisi mempunyai peranan cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru,yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi sekolah.Dengan demikian kualitas peranan supervisi di lingkungan sekolah akan dapat meningkatkan profesionalisme guru yang selanjutnya dapat berdampak positif terhadap prestasi sekolah.

5.      Program pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)

MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan professional guru mata pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran.Guru mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
     Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas.Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal di antara para guru.

Dengan MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik.Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.

6.      Simposium Guru

Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu simposium.Melalui simposium guru ini diharapkan para guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah.Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi untuk kompetisi antar guru,dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang,misalnya dalam menggunakan metode pembelajaran,hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah.

7.      Program pelatihan tradisional lainnya

Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan .Bentuk-bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai.Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional ini seringkali tidak memenuhi kebutuhan praktis dari pekerjaan guru.Oleh karena itu,suatu kombinasi antara materi akademis pengalaman lapangan akan sangat efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini.Pelatihan ini pada umumnya mengacu pada satu aspek khusus yang sifatnya actual dan penting untuk diketahui oleh Para guru,misalnya:CTL,KTSP,Penelitian Tindak Kelas,penulisan karya ilmiah,dan sebagainya.

8.      Melakukan penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka merefreksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus menerus juga merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.Berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk
meningkatakan kemantapan rasional,memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya dan memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi pendidikan.

9.      Magang

Magang ini dilakukan bagi para guru pemula.Bentuk pelatihan pre-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru professional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu.Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional,fokus pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan di bawah supervise guru yang senior dan berpengalaman(guru yang lebih professional).

10.  Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat

Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi pengembangan professionalism guru.Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama,seperti:penelitian tindakan kelas,berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah dan kegiatan-kegiatan professional lainnya.
Semakin guru terlibat dalam perolehan informasi,maka guru semakin merasa akuntabel,dan semakin guru merasakan akuntabel maka ia semakin termotivasi untuk mengembangkan dirinya.Disamping itu mengunjungi professional lainnya
 di luar sekolah merupakan metode yang sangat berharga untuk memperoleh informasi terkini dalam rangka proses pengembangan professional guru.[5]


[1] Saud syaifudin udin,2013,pengembangan profesi guru,Bandung:Penerbit Alfabeta



[2] Saud syaifudin udin,2013,pengembangan profesi guru,Bandung:Penerbit Alfabeta



[3] Saud syaifudin udin,2013,pengembangan profesi guru,Bandung:Penerbit Alfabeta hal 97
[4] Soetjipto, kosasi Raflis ,2009,profesi keguruan,Jakarta:Rineka cipta  hal 46
[5]Saud syaifudin udin,2013,pengembangan profesi guru,Bandung:Penerbit Alfabeta

0 komentar:

Posting Komentar